Piala untuk Bigha

Ruang Bercerita
</

 


Piala untuk Bigha

Nak, mungkin saat ini Bigha sedang  melihat dari alam sana. Ibu Bigha yang setiap hari mengantar Bigha pergi dan pulang ke sekolah, juga mengantar setiap Bigha ikut ajang perlombaan. Saat ini terlihat penuh haru, Ayah dan Ibu Bigha berdiri mewakili Bigha menerima piala. Sekian lama momen itu telah Bigha  nantikan, tapi ternyata Allah berkehendak lain. Allah lebih sayang pada Bigha, hingga menjemput Bigha sebelum Bigha sempat menerima piala berikutnya.

Setahun yang lalu Bigha tersenyum bangga saat  menerima piala hasil jerih payah ketika mengikuti ajang perlombaan Lomba Calistung (lomba membaca, menulis dan berhitung). Bigha juara satu nak. Bigha telah mengharumkan nama sekolah dengan prestasi, orang tua Bigha pasti bangga padamu nak. 

Nak, tahun lalu ibumu mengantarkanmu untuk ikut lomba dan saat itu Ia tersenyum bangga menyaksikan buah hatinya memegang piala. Dan kita semua juga berfoto bersama,saat itu Bigha tersenyum ceria sambil memegang erat pialanya. 



Bigha, lihat ayah dan ibumu yang datang untuk mewakilimu, mata mereka terlihat sembab dan sesekali terisak, ketika mereka menerima piala dan ucapan selamat untukmu, Alhamdulillah Bigha kembali juara satu nak, se-Kota Cirebon! Wah sungguh Bigha anak yang hebat. 

Bigha lihatlah ayah ibumu juga ibu guru tersayang, mereka mengunjungi tempat peristirahatanmu yang terakhir, mereka datang  sambil membawa piala dan juga piagam milikmu, mereka semua bangga padamu nak, ukiran perjalanan hidupmu, meski singkat, namun sangat membanggakan orang-orang yang pernah ada disekelilingmu. Nanti Bigha yang akan memakaikan mahkota pada ayah dan ibu Bigha. Sungguh beruntung kedua orang tuamu nak, telah dititipkan anak sepertimu. 

Terakhir kali melihatmu di rumah sakit, banyak jarum dan selang yang menempel di tubuhmu, Bigha diam tidak nangis ketika suster menyuntik selang infus. Ketika memegang kakimu, saat itu kakimu terasa dingin dan Bigha hanya bilang haus, ketika ditanya, "Apa yang Bigha rasakan".

Terlihat ada rasa senang diwajahmu, ketika tau kami semua menjengukmu. 

Semua tidak ada yang tahu, ternyata itulah pertemuan terakhir dengan Bigha, hanya beberapa hari setelah itu, kami semua di sekolah mendengar kabar duka, Bigha telah menghadap sang Pencipta. Semoga Allah SWT memberimu tempat yang layak di sisi-Nya ya nak.



Nak, hari itu semua guru dan teman-temanmu, ikut mengantarkan kepergianmu. Banyak isakan yang terdengar, semua mata terlihat sembab, semua merasa kehilanganmu, banyak yang sayang padamu nak. 

Saat ini, Bunda tau bahwa Bigha sedang tersenyum bahagia bersama para malaikat di surga. Melihat ayah dan ibu Bigha menerima piala hasil jerih payah Bigha saat mengikuti lomba.


ADSN1919


 

 Kembali

Halaman
1

 © 2024 - Apriani1919.com. All rights reserved

Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan
DomaiNesia
Template Blogger Terbaik Rekomendasi