Aku dan Harimau Jantan Ditepi Sungai Tapa
Dokpri
“Bersabarlah aku akan membantumu menghilangkan kutukan itu," bisikku sambil mengusap bulu-bulu halus di wajah harimau jantan disebelahku.
“Apapun yang terjadi, aku akan membawa kedua orangtuaku ke hadapanmu dan kita menikah agar hilang semua kutukan yang melekat di tubuhmu. Jika sampai batas waktu mereka tidak datang, maka aku bersumpah akan korbankan hidupku untuk menemanimu, di Hutan Larangan ini selamanya." Kataku lagi pada harimau jantan jelmaan lelaki yang kucintai itu.
Aku dan Harimau Jantan, jelmaan lelaki sampan yang di kutuk nenek penunggu Hutan Larangan itu duduk di pinggir sungai, berharap ada sampan yang lewat di situ.
Aku putus asa karena hari mulai gelap, tidak ada satupun sampan yang lewat. Harimau jantan disebelahku ini seperti memahami perasaanku, sambil mengaum kecil ia menjulurkan lidahnya untuk menjilati wajahku. Dalam kedukaan karena melihat keadaannya Aku menangis sambil memeluk harimau jantan itu.
"Bersabarlah mas, aku akan tetap di sini, aku tak akan pernah meninggalkanmu sampai kapanpun" kataku lagi sambil mengusap-usap bulu-bulu halus warna kuning kemerahan sedikit gelap di leher harimau jantan itu.
*
Wajahku terasa hangat terkena sinar mentari, oh Tuhan ternyata aku ketiduran dan Harimau itu tidak ada di sebelahku, aku sendirian tertidur di pinggir sungai.
Aku berusaha mencari harimau itu tapi badan terasa lemas, aku menangis karena takut bercampur kesal, aku putuskan untuk diam di pinggir sungai menunggu sampan yang lewat di sungai Tapa.
Pikiranku melayang teringat pada orangtua nun jauh di sana, pada kepala Desa yang menampung aku selama tugas di daerah terpencil ini, pada murid-muridku juga rekan guru, pasti mereka khawatir karena aku tidak ada kabar. Sekelebat muncul wajah Mirna anak Kepala Desa yang naksir lelaki sampan.
Bagaimana perasaannya jika tau lelaki yang dia sukai berubah menjadi harimau dan harus menikahi-ku? Kepalaku pening memikirkan masalah itu. Seandainya orangtuaku datang ke Hutan Larangan dan merestuiku menikah dengan lelaki sampan dan kutukan itu menghilang, aku akan minta lelaki sampan untuk menikahi Mirna juga.
Aku kembali menangis sesegukkan, apa mungkin orangtuaku datang ke Hutan Larangan? Tapi aku akan tetap menunggu di pinggir sungai sampai ada sampan yang lewat.
*
Lamunanku buyar ketika di pinggirku jatuh buah-buahan hutan dan Harimau jangan duduk disampingku, menatap seolah-olah aku harus makan buah-buahan yang dibawanya.
Aku kaget bercampur gembira, aku peluk harimau itu.
"Mas, jangan pernah tinggalkan aku" bisikku pelan.
ADSN1919
Catatan: Tayang 1 di blog secangkirkopibersama.com
Tayang 2 di Kompasiana
Dokpri
“Bersabarlah aku akan membantumu menghilangkan kutukan itu," bisikku sambil mengusap bulu-bulu halus di wajah harimau jantan disebelahku.
“Apapun yang terjadi, aku akan membawa kedua orangtuaku ke hadapanmu dan kita menikah agar hilang semua kutukan yang melekat di tubuhmu. Jika sampai batas waktu mereka tidak datang, maka aku bersumpah akan korbankan hidupku untuk menemanimu, di Hutan Larangan ini selamanya." Kataku lagi pada harimau jantan jelmaan lelaki yang kucintai itu.
Aku dan Harimau Jantan, jelmaan lelaki sampan yang di kutuk nenek penunggu Hutan Larangan itu duduk di pinggir sungai, berharap ada sampan yang lewat di situ.
Aku putus asa karena hari mulai gelap, tidak ada satupun sampan yang lewat. Harimau jantan disebelahku ini seperti memahami perasaanku, sambil mengaum kecil ia menjulurkan lidahnya untuk menjilati wajahku. Dalam kedukaan karena melihat keadaannya Aku menangis sambil memeluk harimau jantan itu.
"Bersabarlah mas, aku akan tetap di sini, aku tak akan pernah meninggalkanmu sampai kapanpun" kataku lagi sambil mengusap-usap bulu-bulu halus warna kuning kemerahan sedikit gelap di leher harimau jantan itu.
*
Wajahku terasa hangat terkena sinar mentari, oh Tuhan ternyata aku ketiduran dan Harimau itu tidak ada di sebelahku, aku sendirian tertidur di pinggir sungai.
Aku berusaha mencari harimau itu tapi badan terasa lemas, aku menangis karena takut bercampur kesal, aku putuskan untuk diam di pinggir sungai menunggu sampan yang lewat di sungai Tapa.
Pikiranku melayang teringat pada orangtua nun jauh di sana, pada kepala Desa yang menampung aku selama tugas di daerah terpencil ini, pada murid-muridku juga rekan guru, pasti mereka khawatir karena aku tidak ada kabar. Sekelebat muncul wajah Mirna anak Kepala Desa yang naksir lelaki sampan.
Bagaimana perasaannya jika tau lelaki yang dia sukai berubah menjadi harimau dan harus menikahi-ku? Kepalaku pening memikirkan masalah itu. Seandainya orangtuaku datang ke Hutan Larangan dan merestuiku menikah dengan lelaki sampan dan kutukan itu menghilang, aku akan minta lelaki sampan untuk menikahi Mirna juga.
Aku kembali menangis sesegukkan, apa mungkin orangtuaku datang ke Hutan Larangan? Tapi aku akan tetap menunggu di pinggir sungai sampai ada sampan yang lewat.
*
Lamunanku buyar ketika di pinggirku jatuh buah-buahan hutan dan Harimau jangan duduk disampingku, menatap seolah-olah aku harus makan buah-buahan yang dibawanya.
Aku kaget bercampur gembira, aku peluk harimau itu.
"Mas, jangan pernah tinggalkan aku" bisikku pelan.
ADSN1919
Catatan: Tayang 1 di blog secangkirkopibersama.com
Tayang 2 di Kompasiana
Posting Komentar untuk "Aku dan Harimau Jantan Ditepi Sungai Tapa"
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.