Aku dan Jalan Sunyi
Dulu, ketika aku tidak pernah melihat indahnya langit, dimataku langit terlihat gelap dan selalu gelap. Pelangipun terlihat muram tak secerah kata orang.
Aku selalu mencari di mana indahnya dunia, berlari dari ujung ke ujung yang terlihat kehampaan dan kekosongan. Aku melihat tawa dan canda tapi terasa semu. Sendiri pada akhirnya.
Sampai akhirnya dalam kebingungan aku mengikuti antrian yang berjubel, karena teman, saudara dan orang yang aku kenal ada disana semua.
Orang-orang yang terlihat ramah dan selalu mengajarkan kebaikan ada diantrian itu juga, tambah yakin aku ikuti barisannya. Ketika antrian sampai padaku, sebuah tangan kokoh menarik aku keluar dari antrian itu.
Dia jauhkan aku dari antrian itu, lalu mengusap mataku, aku melihat antrian itu penuh dengan orang-orang bertelanjang bulat. Tubuhnya terlihat tertutup padahal tidak, mulutnya terlihat tersenyum tapi bertaring, sapaan halus tapi beracun, mereka melihat jalan putih padahal jalan hitam yang mereka tuju.
Aku memanggil orang-orang yang aku kenal, mereka melihatku dengan sebelah mata, memaksa aku mengikuti barisan mereka, menarik-narik tanganku. Namun tangan kokoh itu menggenggam erat jemariku.
Dia menggenggam aku dan dirinya untuk tetap berjalan di jalan sunyi, biarkan mereka terlelap dalam tidurnya meski terlihat mata mereka terbuka.
ADSN1919
Tayang di kompasiana
Posting Komentar untuk "Aku dan Jalan Sunyi"
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.