Ketika Menulis Jadi Candu
"Biarkan penaku menari dengan ciri khasnya, jangan pernah membungkam atau aku binasa secara perlahan".
Hobi setiap manusia ada yang sama, ada juga yang berbeda, ada yang suka menulis, membaca puisi, menyanyi, memasak, otomotif, membuat kue, bersih-bersih rumah, menjahit dan masih banyak lainnya.
Begitupun dengan saya, dari kecil hobi saya berbeda dengan kakak dan adik saya yang suka olahraga, dari enam bersaudara hanya saya yang senang menulis, meski di buku diary. Saya juga sering membuat puisi dan waktu kecil pernah membuat cerpen, meskipun bahasa yang sangat sederhana (sampai sekarang kali hehehe). Waktu itu saya menulis di sembarang kertas dan banyak yang tercecer dan hilang entah dimana, karena banyak yang sengaja saya buang juga, khawatir dibaca orang lain terutama kakak dan adik saya yang super jahil.
Menjadi manajer sekolah saat ini tidak seperti yang orang lain bayangkan, karena terasa berat beban yang harus disandang seorang pemimpin, banyak pernak pernik yang tidak pernah kita sangka-sangka yang harus kita hadapi. Seperti beberapa kegiatan dan masalah yang harus diselesaikan serta butuh pemikiran yang sangat serius, menguras tenaga dan pikiran. Terkadang sampai sakit kepala dan tidak bisa tidur, hanya dengan menulis yang bisa mengurangi kepenatan dan kejenuhan pada perkerjaan.
Adakalanya, ketika banyak tuntutan pekerjaan yang harus segera diselesaikan secara bersamaan dan atasan kita tidak mau tau kendala yang kita hadapi, ingin rasanya saya mengibarkan bendera putih dan kembali menjadi guru. Tapi saya berfikir kembali, kalau saya menyerah kasihan guru-guru, saya harus terlihat kuat di depan mereka.
Menulis cerpen, puisi dan artikel ringan salah satu terapi bagi saya yang bisa membuat pikiran saya fresh kembali. Karena sesuatu hal, saya pernah mencoba berhenti menulis dan tidak melakukan kegiatan apapun selain urusan sekolah, alhasil kepala saya terasa berat dan pusing seperti ada beban yang tidak bisa saya salurkan, bawaan saya seperti ingin marah-marah terus dan ingin berteriak, mungkin orang lain yang tidak faham mengira saya lebay atau mengada-ada tapi itu adalah kenyataan yang saya alami.
Tenyata menulis bisa menjadi candu bagi saya, jadi jangan berfikir saya akan berhenti menulis. Dan hobi itu tidak bisa dipaksakan, saya tidak bisa seperti anda dan andapun tidak bisa seperti saya, jadi tekuni hobi yang anda suka jangan pernah memaksakan diri untuk menyukai hobi karena orang lain dan hanya ingin terlihat ada. Karena itu tidak akan kekal dan terlihat konyol. Pesan saya, jadilah diri sendiri dan jangan berusaha jadi orang lain. Salam
ADSN1919
Catatan: Tayang di Kompasiana
Posting Komentar untuk "Ketika Menulis Jadi Candu"
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.