Badai Pasti Berlalu
"Sabar sayang" itu yang sering engkau ucapkan ketika aku menangis dipangkuanmu. Ketika semua telunjuk mengarah padaku, aku bertahan karena keberadaanmu.
Tuhan mengirim engkau ketika aku berada di titik kerinduan pada Tuhanku. Ketika tak ada makhluk yang aku percaya. Engkau datang ketika airmata jatuh ke bumi, Tuhan mendengar jeritan makhluk yang teraniaya.
Ketika bumi tertidur pulas dan rembulan bersembunyi dibalik awan. Hembusan anginpun tak terdengar, hening teramat hening. Engkau datang, tersenyum ramah kuatkan batin yang rapuh.
"Tuhan mendengar jeritanmu sayang, bersabarlah, badai pasti berlalu".
Tersentak diri ini di atas lembaran usang yang terasa lembab oleh air mata.
"Apa mungkin Tuhan mendengar jeritanku? Ketika lembaranku penuh noda? Seperti daun kering yang terbang ditiup angin lalu jatuh ke bumi?? Apa mungkin Tuhan mendengar doaku?" Batinku berontak, aku terisak teringat dosa yang kulakukan selama hidupku.
"Percayalah Tuhan kita maha mendengar dan maha pengampun, jangan pernah engkau ragukan itu, mungkin engkau pernah mendengar cerita waktu jaman nabi, ketika Tuhan mengampuni dosa seorang pelacur yang memberi minum seekor anjing? Apa engkau pernah membaca atau mendengar cerita itu?"
Aku terdiam, ketika Dia berpesan melalui engkau berkata seperti itu, aku menghinakan diri sendiri dan engkau tidak suka itu, engkau selalu berbisik jika aku menghinakan diri sendiri sama dengan menghinakan ciptaan Tuhan yang menciptakan aku be sempurna.
Aku malu, ketika engkau berkata seperti itu, kata mutiara yang keluar dari mulut yang orang tidak akan percaya, nasehat itu keluar dari mulutmu.
Engkau secara kasat mata jauh dari Tuhanmu, engkau sembunyikan mutiara yang ada pada dirimu.
"Biarlah aku bersembunyi dari mata-mata pencari salah, orang yang selalu merasa benar dalam kesalahannya, biarlah aku dicap kotor dimata manusia tapi tidak dimata Tuhanku". Itu yang sering engkau ucapkan ketika aku sering bertanya padamu.
"Bersabarlah, Allah sedang menguji kesabaran kita, percayalah badai pasti berlalu, mentari akan bersinar untuk kita". Pesanmu sebelum engkau pergi ke tempat
sunyi.
"Sabar sayang" itu yang sering engkau ucapkan ketika aku menangis dipangkuanmu. Ketika semua telunjuk mengarah padaku, aku bertahan karena keberadaanmu.
Tuhan mengirim engkau ketika aku berada di titik kerinduan pada Tuhanku. Ketika tak ada makhluk yang aku percaya. Engkau datang ketika airmata jatuh ke bumi, Tuhan mendengar jeritan makhluk yang teraniaya.
Ketika bumi tertidur pulas dan rembulan bersembunyi dibalik awan. Hembusan anginpun tak terdengar, hening teramat hening. Engkau datang, tersenyum ramah kuatkan batin yang rapuh.
"Tuhan mendengar jeritanmu sayang, bersabarlah, badai pasti berlalu".
Tersentak diri ini di atas lembaran usang yang terasa lembab oleh air mata.
"Apa mungkin Tuhan mendengar jeritanku? Ketika lembaranku penuh noda? Seperti daun kering yang terbang ditiup angin lalu jatuh ke bumi?? Apa mungkin Tuhan mendengar doaku?" Batinku berontak, aku terisak teringat dosa yang kulakukan selama hidupku.
"Percayalah Tuhan kita maha mendengar dan maha pengampun, jangan pernah engkau ragukan itu, mungkin engkau pernah mendengar cerita waktu jaman nabi, ketika Tuhan mengampuni dosa seorang pelacur yang memberi minum seekor anjing? Apa engkau pernah membaca atau mendengar cerita itu?"
Aku terdiam, ketika Dia berpesan melalui engkau berkata seperti itu, aku menghinakan diri sendiri dan engkau tidak suka itu, engkau selalu berbisik jika aku menghinakan diri sendiri sama dengan menghinakan ciptaan Tuhan yang menciptakan aku be sempurna.
Aku malu, ketika engkau berkata seperti itu, kata mutiara yang keluar dari mulut yang orang tidak akan percaya, nasehat itu keluar dari mulutmu.
Engkau secara kasat mata jauh dari Tuhanmu, engkau sembunyikan mutiara yang ada pada dirimu.
"Biarlah aku bersembunyi dari mata-mata pencari salah, orang yang selalu merasa benar dalam kesalahannya, biarlah aku dicap kotor dimata manusia tapi tidak dimata Tuhanku". Itu yang sering engkau ucapkan ketika aku sering bertanya padamu.
"Bersabarlah, Allah sedang menguji kesabaran kita, percayalah badai pasti berlalu, mentari akan bersinar untuk kita". Pesanmu sebelum engkau pergi ke tempat
sunyi.
Posting Komentar untuk "Badai Pasti Berlalu"
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.